Menjemput sang "Jodoh"



          “kapan nih antum(kamu) mau nikah ?” ini nih yang jadi the most difficult question ever !! setiap kali ane ketemu sama ustadz – ustadz ane, kadang ane Cuma bisa nyengir kadang ane jawab polos “masih saya tempah sm Allah tadz, kebetulan blm siap”. *Jiaahhhhhh lu kate jodoh itu tempat tidur jepara pakek acara ditempah segala, “itu kan alasan antum aja, sinih proposal antum biar saya proses” si ustadz malah nantangin. *ampun tadz ampun (bendera putih mana?).




 


for your information nih bagi kamu - kamu yang belum tau maksud dari proposal disini, ane kasih tau deh, jadi gini nih proposal disini maksudnya adalah biodata diri yang dituangkan dalam bentuk tulisan di beberapa kertas yang berisikan data diri, data keluarga, kriteria pasangan yang dicari, visi dan misi pernikahan dan informasi lainnya yang dianggap penting untuk diketahui yang mana nantinya proposal ini akan dijadikan alat untuk proses mencari pekerjaan eh salah mencari pasangan maksud ane, yah banyak yang bilang sih namanya proposal cinta. *Cuitt Cuit.
          Tidak berlebihan jika para orang tua bahkan untuk orang sekelas ustadz sekalipun mengkhawatirkan nasib generasi muda sekarang ini, bisa kalian lihat sendiri seperti apa life style yang tengah dikonsumsi oleh para generasi muda saat ini secara eksklusif *ahhh kyk selebritis aja lu. Pacaran..... yah tepat sekali, fenomena ini adalah fenomena yang sangat marak digalakan, entah kenapa kampanye-nya gak sampai ke ane *berasa out-of-date banget gw, pacaran juga jadi trend yang tidak pernah berhenti masa kejayaannya. Yang ane heran nih ya, masih SD aja udah pande pacar-pacaran ngalah-ngalahin ane yang lebih dulu nyicipin gula kehidupan *kalau ane tulis garam gak enak bro asin. Ada banyak cara untuk mentransfer rasa “sayang(katanya)” ke lawan jenis  terutama bagi mereka yang sudah sah ( maksiatnya) sebagai sepasang kekasih alias “ pe-a-pa-ce-a-ca-er-a-ra-en dibaca apa anak-anak ?”, “pelajaran pak” *jedutin kepala ke trotoar. Tidak jarang para generasi muda ini tersulut oleh api kegalauan, menangisi orang  yang tak pantas untuk ditangisi, mengurung diri di kamar, suka termenung gara – gara diputuskan oleh sang kekasih hati.
“sayang..... knp kita harus putus ? kamu kan tau kalau aku gak bisa hidup tanpa mu”  *woii buk, kata guru biologi ane kalau kita makan, minum dan berolah raga setiap hari gak bakal mati kecuali malaikat “Izrail” yang datang mencabut nyawa kita baru deh kita bisa mati.
“Kalo ane gak silap judulnya itu ‘menjemput jodoh” deh, kok lari ke pacaran sih ?”
“berisik lu ahhhhh, nyantai aja kenapa *ngasah golok ”
Antara pacaran dan menjemput jodoh, ane rasa ini hal yang linier, hanya saja kontradiktif jika cara menjemput jodoh tadi kita indahkan dengan istilah pacaran. Jelas saja makna denotasi pada kata menjemput jodoh akan luluh jika dikaitkan dengan makna konotasi negatif dari kata pacaran. Kenapa ane bilang konotasi negatif, coba deh kalian pikir  “apa yang pacaran mampu kasih ke kalian selain dari kekecewaan ? ada gak ? kalo pun ada paling Cuma kesenangan sesaat. Bener gak ? “ . Ane gak usah bahas dari segi agama deh karena ane yakin kalian juga sudah tahu atau mungkin sudah paham tentang hal ini (pacaran). Jangan sampai kalian menyalah artikan ‘cinta’ khususnya untuk para cewek nih, sudah seharusnya kalian jadi seperti bunga mawar, keindahannya memukau dan di bingkai dengan duri – duri sebagai bentuk pertahanan dari mereka yang usil ingin memetik mu.






Baiklah... kita tinggalkan pacaran dan beralih kepada stressing point di tulisan ane kali ini. Islam sudah mengatur dengan baik bagaimana tata cara menjemput jodoh. hmmm .... ngomongin masalah menjemput jodoh,  ini artinya kita sudah siap untuk memasuki tahap yang serius tentunya, yaitu tahap pernikahan. Siapa sih yang gak mau nikah, semua orang pasti mau kalaupun ada yang gak mau ya ane kasih pengecualian deh (mungkin aja blablablablabla husss wajib kudu khusnudzon  jadi orang). Gak kebayang waktu pertama kali jumpa orang tua si bidadari(baca: calon istri) untuk ngelamar. Jadi ingat lagunya Brian Mcknight,
“sir, i’m a bit nervous about being here today...
still not real sure what i’m going to say.
So, bare with me, please if i take up too much of your time,
..cause very soon i’m hoping that i can...
..marry your daughter and make her my wife “

Oke kita tinggalkan Brian Mcknight dengan “Marry your daughter” –nya, balik lagi ke pembahasan kita di awal, menurut agama islam proses menjemput jodoh yang bermuara pada sebuah pernikahan memiliki beberapa tahapan, diantaranya nih ya :
1.     Ta’aruf
Siapa sih yang belum pernah dengar istilah ta’aruf ini, kebanyakan dari kita pasti sudah pada tau, tapi yang sangat disayangkan banyak dari para generasi muda kita mensyar’ikan pacaran dengan berlindung dibalik bahu ta’aruf. In fact yang terpenting dari proses ta’aruf ini adalah proses saling mengenal antara si akhwan (cewek) dengan si ikhwan (cowok) yang sudah berkomitmen untuk membina hubungan yang sakral alias menikah, saling menyampaikan visi misi setelah menikah, prinsip hidup, hal yang disukai dan tidak disukai de el el, dan yang harus kalian pahami ta’aruf ini tidak hanya bisa dilakukan dengan mempertemukan kedua belah pihak dan ditemani oleh mahramnya, ta’aruf juga bisa dilakukan dengan cara menginvestigasi orang-orang terdekat kedua belah pihak (bisa saudaranya, sahabat dekatnya bahkan tetangganya) nah untuk memastikan bentuk fisiknya kita bisa menemuinya langsung atau kita bisa melihatnya dari kejauhan jika dirasa takut menimbulkan zina.
2.     Khitbah (Lamaran)
Setelah melewati proses ta’aruf masuklah kita ke proses khitbah atau lamaran, tapi bukan berarti selesai ta’aruf langsung khitbah, kedua belah pihak diberi waktu untuk memikirkan apakah prosesnya berlanjut atau malah berhenti di proses ta’aruf saja. Dalam masa – masa ini kedua belah pihak akan berfokus pada keinginan hati dan dikuatkan dengan istiqarah. Sampai akhirnya keduanya setuju maka waktunya si ikhwan untuk mengkhitbah si akhwat tentunya kepada wali si akhwat tersebut.
3.     Nikah
Eng ing eng..... masuklah kita ke proses nikah, di mana yang harus digaris bawahi disini adalah proses antara khitbah atau lamaran dengan proses nikah tidak boleh dilama-lamakan walaupun tidak ada aturan secara de Qur’an dan de hadits tapi hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan nantinya. Pada proses nikah ini bagian yang ane suka itu adalah pada saat si ikhwannya mengucapkan ijab qobul. Deg deg gan gimana gitu ya.
4.     Walimahan
Walimahan ini bis kita artikan dengan pesta pernikahan sebagaimana rasul pernah bersabda “Sesungguhnya pada perkawinan harus diadakan walimahan” (shahih Jami’us Shaghir no.2419).


 













          Nah itu dia tadi cara menjemput jodoh hingga akhirnya sampai kepelaminan, hmmmmm..... jadi pengen nikah juga nih * inget istri sama anak di rumah boz. Baiklah tanpa banyak basa basi lagi ane ucapkan terima kasih kepada rekan – rekan undangan sekalian yang sudah berkenan hadir di pesta pernikahan saya *minta di sembur air zam-zam nih orang, hehehehehe ane ucapkan terima kasih sudah berkenan membaca postingan ane ini, sampai jumpa di lain kesempatan saudara – saudari ane yang ane cintai karna Allah. CMIIW :) Wassalam

Post a Comment

1 Comments

  1. Ehm, oo jadi pengen nikah (lagi) ya? *elap elap gagang sapu :-P

    ReplyDelete

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar, Mohon berkomentar yang positif.